TANGSELIFE.COM– Video seorang ibu-ibu yang anaknya tantrum diduga diturunkan dari KRL oleh petugas viral di media sosial (medsos).

Padahal, seorang anak bisa saja rewel atau tantrum dimanapun dia berada. Tak hanya di rumah, bisa juga terjadi di tempat umum atau transportasi umum.

Tantrum merupakan hal yang sering ditemui pada anak-anak. Tantrum pada anak ini bisa membuat orang tua menjadi frustasi.

Tantrum
Ilustrasi jenis-jenis tantrum dan lama waktunya yang dialami oleh anak-anak.

Tetapi daripada melihatnya sebagai bencana, orang tua bisa memperlakukan amukan sang buah hati ini sebagai kesempatan mengajari anak hal-hal yang benar.

Amukan dan kemarahan sang anak terjadi mulai dari merengek dan menangis hingga berteriak, menendang, memukul, dan menahan napas.

Itu terutama terjadi pada anak laki-laki dan perempuan dan biasanya rentang usia 1 hingga 3 tahun.

“Tantrum bukan penyakit namun sebuah gangguan yang memerlukan penanganan khusus,” terang dr. Robert Soetandio, Dokter Spesialis Anak dari RS Pondok Indah, Bintaro Jaya.

Dia menjelaskan tantrum adalah ledakan emosi yang dirasakan oleh anak-anak atau orang dewasa yang memiliki masalah dalam emosinya.

Biasanya tantrum pada anak itu terjadi pada usia 1,5-2 tahun dan sebaiknya sudah hilang saat anak berusia 4-5 tahun.

Jadi anak yang berusia 1,5-2 tahun memiliki kendala bahasa yang belum lancar sehingga sang buah hati belum bisa mengenali emosi yang dirasakannya.

Beberapa anak mungkin sering mengamuk, dan yang lain jarang mengalaminya. Tapi perlu diingat bahwa tantrum adalah bagian normal dari perkembangan anak.

Tantrum atau rewel begitulah cara anak kecil menunjukkan bahwa mereka kesal atau frustrasi.

Tantrum juga ditandai dengan sikap keras kepala, menangis keras, marah-marah, dan sulit menenangkan diri.

Tantrum umum terjadi pada anak. Kejadian tantrum pada anak disinyalir erat kaitannya dengan cara berkomunikasi anak tersebut.

Tantrum pada anak usia 1-3 tahun adalah hal yang biasa terjadi. Ini karena keterampilan sosial dan emosional mulai berkembang pada usia ini.

Anak-anak sering kali tidak memiliki kata-kata yang tepat untuk mengekspresikan emosinya yang cukup besar tersebut.

Mereka mungkin sedang menguji kemandirian mereka, dan menemukan bahwa cara mereka berperilaku dapat memengaruhi cara orang lain berperilaku.

Jadi tantrum pada anak adalah salah satu cara anak kecil mengekspresikan dan mengelola perasaan, dan mencoba memahami atau mengubah apa yang terjadi di sekitar mereka.

Anak-anak yang lebih besar juga bisa mengamuk. Ini bisa jadi karena mereka belum mempelajari cara yang lebih tepat mengekspresikan atau mengelola perasaannya.

Berikut Ini Penyebab yang Membuat Tantrum pada Anak 

Di kutip dari mamikita.com ada beberapa penyebab anak tantrum beirkut di antranya:

1. Temperamen

Dapat memengaruhi seberapa cepat dan kuat reaksi anak-anak terhadap hal-hal seperti peristiwa yang membuatnya frustrasi.

Anak-anak yang mudah marah mungkin lebih cenderung mengamuk saat mengekspresikan frustasinya terhadap sesuatu.

2. Stres, Lapar dan Kelelahan

Hal ini dapat mempersulit anak-anak untuk mengekspresikan dan mengelola perasaan dan perilaku hingga timbul rasa rewel dan tantrum.

3. Situasi yang Tidak Dapat Diatasi 

Itu sering terjadi dan kita tidak mengetahuinya. Misalnya, seorang balita mungkin kesulitan mengatasinya jika anak yang lebih besar mengambil mainannya.

Hingga akhirnya sang balita menangis dan mengamuk karena orang tua tidak tahu keinginan balita tersebut.

4. Emosi yang Kuat

Misalnya terjadi rasa kekhawatiran, ketakutan, rasa malu dan amarah dapat menjadi beban bagi anak-anak.

Berikut Tips Meredakan Tantrum pada Anak 

1. Bersikaplah konsisten

Tetapkan rutinitas harian agar anak tahu apa yang harus dia lakukan hari itu. Patuhi rutinitas sebanyak mungkin, termasuk waktu tidur siang dan waktu bermain.

Tetapkan batasan yang masuk akal dan ikuti secara konsisten kepada anak agar dia mengingat apa yang harus dia lakukan.

2. Rencanakan ke Depan

Minta sang anak lakukan tugasnya saat mereka tidak lapar atau lelah. Seperti minta sang anak mengemasi mainan mereka usai bermain.

3. Minta Anak Ungkapkan Kekesalannya

Anak kecil memahami lebih banyak kata daripada yang bisa mereka ungkapkan apa yang mereka inginkan.

Jika anak belum bisa berbicara, ajarkan dia bahasa isyarat untuk kata-kata seperti “Saya ingin”, “lebih”, “minum”, “sakit hati”, dan “lelah”.

Seiring bertambahnya usia anak, bantu dia mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata.

4. Biarkan Anak Membuat Pilihan

Hindari mengatakan “tidak” pada anak. Untuk memberi anak rasa kendali, biarkan dia membuat pilihan.

Seperti pertanyaan saat sang anak hendak mengganti baju. “Apakah kamu ingin memakai baju merah atau baju biru?” “Apakah kamu ingin roti  atau pisang?”

5. Puji Perilaku Anak yang Baik

Berikan perhatian ekstra saat anak berperilaku baik. Peluk anak atau beri tahu anak betapa bangganya kita ketika dia membagikan atau mengikuti arahan orang tua.

6. Hindari Situasi yang Memicu Tantrum

Jangan berikan anak mainan yang terlalu canggih untuknya. Jika anak meminta mainan atau camilan saat berbelanja, cobalah untuk menghindari area yang memiliki godaan ini.