TANGSELIFE.COM – CEO Tesla, Elon Musk, sudah mulai beralih menggunakan baterai LFP atau lithium ferro-phosphate.
Sejak Oktober 2020, Elon Musk telah menggunakan baterai LFP untuk produksi Tesla Model 3 Standard Range di Gigafactory, Shanghai.
Sebagian produksi Tesla Model 3 Standard Range tersebut diekspor ke sejumlah negara di Eropa.
Baterai LFP ramai diperbincangkan warganet usai disebut Gibran Rakabuming saat acara debat cawapres pada 21 Januari 2024 kemarin.
Ketertarikan Elon Musk pada Baterai LFP
Ketertarikan Elon Musk pada baterai berbahan LFP sudah tercium sejak lama, terutama saat terjadi kelangkaan pasokan nikel.
“Nikel adalah perhatian terbesar kami dalam meningkatkan produksi sel litium-ion,” cuit Elon beberapa waktu lalu.
“Itu sebabnya kami mengalihkan mobil standar ke katoda besi (LFP). Ada banyak zat besi (dan litium)!,” lanjut Elon.
Business Times menuliskan bahwa harga kendaraan listrik yang masih tinggi diakibatkan baterainya.
Baterai lithium ion menjadi komponen termahal pada kendaraan listrik, sekitar sepertiga dari ongkos pembuatan.
Katoda baterai lithium ion sebagian besarnya terbuat dari nikel dan kobalt.
Oleh karena itu, produsen kendaraan listrik di China lebih memilih menggunakan baterai berbahan LFP yang sudah dikomersilkan sejak tahun 2000.
Baterai LFP lebih murah karena bijih besi lebih melimpah dan biaya ekstrak yang murah ketimbang nikel dan kobalt.
Meski ada kekurangan dibanding baterai dari nikel, baterai jenis LFP punya keunggulan tidak mudah terbakar.
Namun tak ditampik, energi yang dihasilkan LFP tidak sebesar katoda nikel.
Namun seiring perkembangannya, teknologi dan jarak yang dapat dicapai dengan menggunakan LFP semakin baik.
Saat ini, baterai berbasis nikel memang masih banyak digunakan oleh Tesla di Amerika Serikat (AS).
Namun bukan tidak mungkin bakal terjadi perubahan.
Apalagi, Tesla dikabarkan akan segera menggunakan baterai LFP di Semi Truck yang akan datang.