TANGSELIFE.COM – Gerhana Matahari Total akan terjadi pada 8 April 2024 di sebagian besar wilayah Meksiko, Kanada, dan Amerika Serikat.
Prosesnya dimulai sekitar pukul 22:42 WIB dan berakhir pada 9 April 2024 keesokan harinya pukul 03:52 WIB.
“Gerhana Matahari Total pada hari Senin, 8 April 2024 akan melintasi Amerika Utara, melewati Meksiko, Amerika Serikat, dan Kanada. Gerhana Matahari Total akan dimulai di atas Samudra Pasifik Selatan. Jika cuaca memungkinkan, lokasi pertama di benua Amerika Utara yang akan mengalami gerhana matahari total adalah pantai Pasifik Meksiko sekira pukul 11.07 pagi,” jelas NASA dalam laman resminya.
Saat fenomena itu terjadi, diperkirakan akan ada ledakan-ledakan di Matahari.
Pandangan Matahari dan Bumi akan terhalang oleh Bulan hingga menyisakan sisi tepi.
Di bagian sisi tepi tersebut, Bumi bisa melihat tepian plasma Matahari yang nampak meledak. Ledakan Matahari tersebut terjadi karena adanya aktivitas internal dari Matahari.
Adanya ledakan terjadi akibat pasang surut selama siklus 11 tahunan yang mencapai titik puncaknya pada tahun ini.
Para ahli atmosfer tak bisa memastikan penyebab pasti dari ledakan tersebut, tapi kemungkinan besar disebabkan oleh gaya magnetik dan reaksi nuklir di dalam Matahari.
Dampak Ledakan bagi Bumi saat Gerhana Matahari Total
Ledakan yang terjadi di Matahari memiliki dampak pada magnetosfer Bumi.
Dampak pastinya akan diketahui saat BMKG atau lembaga lainnya mengamati fenomena tersebut secara real time.
Sejumlah ilmuwan memperkirakan ledakan tersebut bisa menimbulkan badai magnet Bumi (Geomagnetic Storm) yang menyebabkan aktivitas listrik dan sejenisnya terhambat.
Badai magnet Bumi terjadi karena ledakan di Matahari melontarkan plasma besar.
Plasma tersebut berupa angin Matahari beserta medan magnet yang memiliki kecepatan tinggi.
Fenomena lontaran massa korona ini biasa disebut Coronal Mass Ejection (CME).
Ketika CME menghantam medan magnet Bumi, maka partikel akan terlontar dan dibelokkan oleh lapisan magnetosfer ke arah garis kutub utara dan selatan.
Magnetosfer Bumi adalah lapisan dari perisai Bumi yang melindungi Bumi dari pengaruh radiasi partikel yang memiliki kecepatan tinggi.
Lapisan tersebut berbentuk lingkaran dengan titik terkuatnya berada di daerah lintang rendah.
Pengaruh ledakan di Matahari akan lebih terasa di daerah lintang tinggi.
Adapun di daerah lintang rendah, seperti Indonesia, pengaruhnya tak terasa atau relatif lebih aman.
Dampak dari badai magnet bumi dibedakan ke dalam lima tingkatan berbeda, antara lain:
– G1 (Lemah): Pada skala ini pengaruh yang dirasakan seperti fluktuasi listrik yang lemah dan dampak kecil pada satelit. Selain itu, hewan yang bermigrasi bisa berpengaruh pada tingkat ini
– G2 (Sedang): Badai pada tingkatan ini membuat aurora rendah dapat terlihat di sekitar New York dan Idaho. Kerusakan transformator listrik juga bisa terjadi
– G3 (Kuat): Dampak yang ditimbulkan pada skala kuat ini adalah masalah navigasi radio satelit dan HF
– G4 (Berat): Masalah yang mungkin timbul pada skala berat adalah kontrol tegangan yang meluas pada jaringan listrik. Dampak lainnya, navigasi satelit akan menurun selama berjam-jam
– G5 (Ekstrem): Di skala paling ekstrem, badai magnet bumi bisa menyebabkan pemadaman listrik karena jaringannya runtuh. Selain itu, sistem navigasi pun tak bisa berfungsi selama berjam-jam sampai berhari-hari.
Dampak Gerhana Matahari Total bagi Bumi
1. Matahari terbit dan terbenam 360 derajat
Ada pemandangan cukup menarik yang bisa dilihat ketika gerhana matahari total terjadi, yakni fenomena matahari terbit dan terbenam dalam 360 derajat.
Saat peristiwa tersebut berlangsung, warna matahari dan terbenam di sekelilingnya dari segala arah.
Efek matahari terbenam 360 derajat disebabkan karena cahaya matahari di area di luar jalur totalitas dan hanya berlangsung selama matahari sepenuhnya terhalang bulan.
2. Menampakkan bintang dan planet
Fenomena gerhana yang menyebabkan kegelapan ini tentunya akan menampakkan bintang di langit serta beberapa planet.
Selama prosesnya berlangsung, Planet Venus dan Jupter akan mudah terlihat karena keduanya berada di area langit yang sama dengan matahari tanggal 8 April 2024 mendatang.
Selain itu, ada juga kemungkinan bisa melihat meteor melesat melintasi langit selama periode Gerhana Matahari Total.
3. Pita bayangan ‘ular’
Salah satu fenomena langka yang terjadi ketika gerhana matahari total adalah pita bayangan.
Pita bayangan merupakan garis tipis dan bergelombang yang bergantian antara terang dan gelap yang bisa terlihat bergerak dan bergelombang secara paralel pada permukaan berwarna polos sesaat sebelum dan sesudah gerhana matahari total.
Sejumlah orang menyebutnya sebagai ular bayangan karena gerakannya yang bergelombang dapat terlihat seperti ular yang merayap di tanah.
Fenomena ini belum tentu terjadi setiap gerhana, jadi tak ada jaminan bahwa para pengamat akan melihatnya di tanggal 8 April.
4. Mengalami penurunan suhu
Saat cahaya matahari memudar pada sore hari, kita selalu memperhatikan bagaimana segala sesuatunya mulai terasa dingin.
Hal ini pun berlaku ketika gerhana matahari total terjadi.
Akan tetapi, tetap tergantung pada sejumlah faktor seperti waktu dalam setahun, tutupan awan dan lamanya totalitas, suhu udara bisa turun lebih dari 20 derajat F.
Selama gerhana matahari pada tahun 1834, suhu udara di Gettysburg, Pennsylvania dilaporkan turun 28 derajat Fahrenheit.
5. Perubahan perilaku hewan
Kegelapan yang tiba-tiba terjadi pada tengah hari bisa saja mempermainkan sejumlah hewan dan tergantung pada jenis makhluk dan makhluk apa saja yang ada di sekitar selama gerhana.
Peneliti di Cornell University dan University of Oxford mengungkap bahwa burung-burung menjadi bingung pada saat sebelum totalitas karena adanya perubahan cahaya matahari.
Bisa jadi ayam berpikir gerhana adalah waktu menjelang malan dan mereka mulai mencari untuk tempat bertengger.
10 Negara yang Pernah Gerhana Matahari Total
Negara mana saja yang pernah mengalami gerhana matahari total? Berikut daftar negara tersebut beserta waktu terjadinya.
– Amerika Serikat pada 20 Mei 2012
– India pada 9 Maret 2016
– Selandia Baru pada 14 November 2012
– Yunani pada 29 Maret 2006
– Beijing pada 2008
– Myanmar pada 9 Maret 2016
– Vietnam pada 9 Maret 2016
– Malaysia pada 9 Maret 2016
– Australia pada 9 Maret 2016
– Jepang pada 22 Juli 2009 dan 21 Mei 2012