TANGSELIFE.COM – Mengenal sejarah Vihara Boen Hay Bio di Serpong. Vihara yang memiliki nama lain Vihara Karuna Jala ini tertua di Tangsel dan salah satu tertua dari tiga vihara di Tangerang Raya.

Vihara Boen Hay Bio berada di Jalan M Arohim, Kelurahan Cilenggang, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel).

Vihara Boen Hay Bio diketahui telah berdiri sejak tahun 1693, saat ini tercatat vihara itu telah berusia 331 tahun.

Pantauan Tangselife.com, Vihara Boen Hay Bio berdiri megah dengan bangunan yang didominasi berwarna merah di atas lahan seluas 1.500 meter persegi.

Dari sisi luar, terlihat terdapat patung kepiting raksasa berwarna hijau tepat di atas pintu masuk utama dan dua patung naga di atas bangunan utama Vihara.

Pada bagian dalam, seluruh area Vihara terlihat dihiasi dengan sejumlah patung dan ornamen pernak pernik seperti lilin dan lampu lampion.

Vihara Boen Hay Bio
Vihara Boen Hay Bio di Jalan M Arohim, Kelurahan Cilenggang, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Vihara Karuna Jala ini merupakan vihara tertua di Tangsel dan salah satu vihara tertua dari tiga vihara di Tangerang Raya. Foto: Tangselife/AndrePradana

Vihara Boen Hay Bio, Satu dari Tiga Vihara Tertua di Tangerang Raya

Ketua pengurus Vihara Boen Hay Bio, Tatang Yong Fendi mengatakan, selain tercatat sebagai Vihara tertua di Tangsel, Vihara Boen Hay Bio juga diketahui merupakan salah satu dari tiga Vihara tertua di wilayah Tangerang Raya.

Kedua Vihara lainnya yaitu Boen Tek Bio dan Vihara Boen San Bio yang keduanya berada di wilayah Kota Tangerang.

Tatang menjelaskan, ketiga Vihara tersebut merupakan satu kesatuan tempat beribadah umat Tionghoa.

Berdasarkan cerita yang ia terima, terdapat istilah yang menggambarkan ketiga Vihara tersebut yaitu cendekiawan bersandar di pegunungnan menghadap ke lautan.

“Cendekiawannya itu Boen Tek Bio, bersandarnya itu gunung atau pegunungan yaitu Boen San Bio dan lautannya Boen Hay Bio. Jadi tiga serangkai menjadi satu kesatuan,” kata Tatang kepada Tangselife.com, Kamis, 8 Februari 2024.

Vihara Boen Hay Bio, Akhir Pelarian Etnis Tionghoa

Tatang mengungkapkan, berdirinya Vihara Boen Hay Bio berawal dari pelarian warga etnis Tionghoa yang berada di wilayah tersebut ke daerah Batavia atau yang saat ini dikenal dengan Jakarta.

Pelarian itu terjadi lantaran pada saat itu banyak warga Tionghoa yang menjadi sasaran aksi penggendoran atau pembegalan.

“Orang Tionghoa itu kabur atau mengungsi ke Jakarta sekaligus mencari pencaharian,” terangnya.

Setelah lama melakukan pelarian dan merasa wilayahnya telah aman, sejumlah warga memutuskan untuk kembali pulang ke kampung halaman.

Vihara Boen Hay Bio
Vihara Boen Hay Bio di Jalan M Arohim, Kelurahan Cilenggang, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Vihara Karuna Jala ini merupakan vihara tertua di Tangsel dan salah satu vihara tertua dari tiga vihara di Tangerang Raya. Foto: Tangselife/AndrePradana

Namun ketika hendak kembali para warga memilih singgah sementara di tempat yang kini menjadi Vihara lantaran dekat dengan perkampungannya.

Karena merasa aman dan nyaman dengan tempat singgah tersebut, akhirnya mereka memutuskan untuk tinggal dan menetap ditempat tersebut. Mereka juga memanfaatkan Sungai Cisadane sebagai akses beraktivitas dan sumber air sehari-hari.

“Lama-lama betah, mungkin karena di sini enak jadi mereka tidak kemana-mana lagi, tidak pulang ke leluhurnya,” terangnya.

Sejak saat itu warga etnis Tionghoa mulai bahu membahu memperbaiki dan menyusun material sehingga menjadi bangunan tempat peribadahan.

Saat ini, Vihara Boen Hay Bio tercatat memiliki 12 altar yang menjadi tempat masyarakat etnis Tionghoa melakukan peribadahan.

Menjelang perayaan tahun baru Imlek 2575 Kongzili ini, pengurus vihara tengah bersiap. Mereka mulai membersihkan patung dan altar untuk persiapan ibadah umat Tionghoa.

Perayaan Imlek 2024 ini diperingati dengan shio Naga Kayu. Tahun ini, Imlek diperingati pada 10 Februari 2024.

Intan
Editor
Andre Pradana
Reporter