Tangselife.com – Tahun ini, Tangsel life bersama pengiat musik di Tangsel kembali mengadakan kolaborasi musik lintas genre yang ketiga kalinya untuk merayakan Kemerdekaan Indonesia ke-77 tahun pada 17 Agustus 2022.

Founder Tangsel Life Harie Novianta Setiawan mengatakan, kolaborasi tersebut merupakan kolaborasi tahun ketiga dengan para penggiat musik di Tangsel.

“Ada sekitar 10 penggiat musik di Tangsel yang terlibat. Semua memiliki misi yang untuk menunjukkan ekspresi keberagaman. Serta rekan media yang turut mensupport kolaborasi ini,” kata Harie, Selasa (16/8/2022).

Dia menerangkan, sebelumnya pada tahun 2020 dan 2021, Tangsel Life juga membuat kolaborasi diantaranya ada Kolaborasi 50 Musisi Muda Berkarya & Kolaborasi Bersama Komunitas Hingga Para Profesi yang Berjuang di Masa Pandemi 2021 di Tangerang Selatan.

Karya musik ini merupakan gerakan kreatif anak muda Tangsel untuk terus berkarya dalam menyemarakan Hari Kemerdekaan Indonesia.

Dalam karya ini para pengiat musik membawakan lagu “Rayuan Pulau Kelapa ciptaan Ismail Marzuki” dengan di aransemen dengan berbagai genre diantaranya ada Pop, Hiphop, Pop Punk, Hardcore dan Folk.

“Kolaborasi ini menjadi tantangan baru bagi kami untuk menyatukan berbagai genre yang dikepalai Nana Acil sebagai Music Director dalam project tersebut,” terang Harie.

Sementara itu, Ashrop sebagai Director of Production mengatakan, karya musik tersebut divisualisasikan di sejumlah sudut kota di Tangsel yang memiliki makna dan cerita yang berbeda.

“Dalam visualisasinya, kami sengaja mengambil sejumlah sudut kota di Tangsel agar dapat merasakan soal makna kemerdekaan di saat ini,” ungkap Ashrop.

Sementara itu, Director project, Dani Kurniawan atau Dhanbree mengatakan, kolaborasi penggiat musik tahun ini dikemas dengan nuansa genre musik tahun-tahun sebelumnya.

Tahun ini, genre musik yang dibawakan cenderung lebih keras, perpaduan underground, rock dan lainnya.

“Kami ingin mencoba membuat aransemen yang keras, irisaannya dengan kaum-kaum marjinal, pekerja keras, tapi intisari lagunya nggak hilang. Aransemen musik ini juga bisa untuk meningkatkan semangat,” kata Dhanbree.

Pria berkacamata itu juga bilang, visualisasi dari ‘Rayuan Kelapa’ kali ini dibuat berbeda. Konsep yang diambil yakni soal aktivitas kehidupan di kota urban lantaran Tangsel tak memiliki keindahan geografis.

Tak hanya itu, melalui visualisasi ‘Rayuan Kelapa’ dengan aransemen penggiat musik itu, ingin meningkatkan rasa nasionalisme dan menunjukkaj realitas kemerdekaan saat ini.

“Tapi satu sisi kami bangun nasionalisme dari aktivitas di Pasar. Karena fungsi pasar kan mau masyarakat bawah, pejabat, maling, itu ada di pasar jadi ruang bertemu. Jadi meningkatkan nasionalisme bahwa masih ada kesenjangan loh di tengah kehidupan urban meski sudah merdeka,” papar Dhanbre.

Dia berharap, melalui project kolaborasi tersebut dapat mengajak masyarakat untuk meningkatkan rasa nasionalisme dan menikmati kemerdekaan bukan karena tak lagi dijajah, tetapi menikmati kemerdekaan di realitas saat ini.

“Melalui project ini kami ingin membawakan narasi tentang harus menikmati kemerdekaan bukan karena tidak lagi dijajah, tapi bagaimana merayakan kemerdekaan dari yang ada saat ini,” pungkasnya. (vyh/asn)