TANGSELIFE.COM – Ulasan seputar apa arti Holiday Paradox dan penyebabnya bisa disimak dalam artikel ini.

Tak terasa, momen libur Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran 2024 sudah berakhir.

Kini, setiap orang sudah kembali ke aktivitas dan rutinitas masing-masing, seperti bersekolah maupun bekerja.

Mengawali rutinitas, tak sedikit orang yang merasa bahwa libur panjang Lebaran tahun ini terasa begitu singkat.

Padahal secara keseluruha, total libur dan cuti bersama Lebaran 2024 cukup banyak, yakni 10 hari.

Namun perasaan yang kerap muncul ketika liburan berakhir, yakni waktu terasa berlalu lebih cepat dibandingkan hari-hari biasanya.

Tak perlu heran karena perasaan tersebut nyatanya lumrah dirasakan.

Fenomena yang membuat waktu terasa lebih singkat saat liburan dikenal dengan istilah holiday paradox.

Nah, apa itu holiday paradox?

Apa Itu Holiday Paradox dan Penyebabnya?

Melansir Vietnam.vn dari kompascom, holiday paradox merujuk pada perasaan inkonsistensi antara dua periode waktu yang sama dengan dua perspektif berbeda.

Sebelum dan selama liburan, umumnya orang-orang menggunakan perspektif atau sudut pandang ekspektasi.

Sementara ketika liburan berakhir, orang-orang kembali menggunakan perspektif retrospektif atau mengenang kembali momen saat sedang berlibur.

Perspektif ekspektasi cenderung terjadi sangat cepat, terutama terhadap kenangan indah yang biasanya berbeda dari kehidupan sehari-hari.

Lebih lanjut, seorang Profesor kesehatan masyarakat University of Alabama, Joshua Klapow mengatakan, orang-orang memiliki kebiasaan ‘menjejali’ aktivitas selama liburan.

Menurut Klapow, orang-orang mencoba ‘membungkus’ aktivitas yang sebenarnya membutuhkan waktu berminggu-minggu menjadi beberapa hari ketika liburan.

Tanpa disadari, hal tersebut yang menyebabkan seseorang merasa waktu berjalan begitu cepat saat liburan.

“Kita sering berharap terlalu banyak. Kita ingin bahagia, kita ingin semuanya berjalan lancar, berbeda dengan keseharian kita,” ujar Klapow.

“Ketika Anda menetapkan ekspektasi seperti itu pada beberapa hari tertentu, hal itu akan berlalu dengan sangat cepat,” terangnya.

Holiday Paradox Dipengaruhi oleh Kenangan Baru

Sementara itu dilansir dari Telegraph, Dosen Psikologi University of Sussex, Claudia Hammond menjelaskan, fenomena holiday paradox turut dipengaruhi adanya perasaan.

Karena itu, waktu terasa berjalan lebih cepat ketika seseorang melakukan hal yang menarik dan baru seperti saat sedang liburan.

Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan ketika seseorang sedang bekerja.

Saat bekerja atau dalam rutinitas, seseorang cenderung merasa bosan atau cemas karena aktivitas yang dilakukan berulang kali.

Faktor lainnya yang mempengaruhi kondisi holiday paradox adalah munculnya ingatan atau kenangan baru.

Dalam dua minggu normal yang bersifat rutin, rata-rata orang hanya mengumpulkan antara 6-9 kenangan baru.

“Mengambil rute berbeda ke tempat kerja, turun dari halte bus lebih awal, atau menghindari sandwich yang sama untuk makan siang setiap hari bisa membuat hidup terasa sedikit lebih lambat,” jelas Hammond.

Sementara saat liburan, seseorang bisa mengumpulkan banyak hal dan kenangan baru dalam satu hari.

“Hal yang sama terjadi seiring bertambahnya usia dan waktu mulai berjalan semakin cepat.”

“Ingatan terhadap hal-hal baru semakin sedikit, dan kita semakin sering melakukan hal yang sama,” jelas Hammond.