TANGSELIFE.COM – Fenomena Sologami atau menikahi diri sendiri menjadi sebuah tren yang tengah terjadi di Korea Selatan.

Kim Seulki, merupakan perempuan praktisi sologami dengan terbuka ia menyatakan komitman dengan menikahi dirinya sendiri dalam upacara pernikahan tunggal pada 2022.

Sejauh ini, keputusan untuk menikahi dirinya sendiri dirasa menjadi pilihan yang memuaskan untuk perempuan berusia 39 tahun tersebut.

Bahkan, pernikahan tunggal tersebut belum memunculkan sisi negatif untuk dirinya.

“Sekarang semua orang tahu saya telah menyatakan sologami, pertanyaan tentang status perkawinan saya hilang begitu saja,” ungkap Kim Seulki.

Hal ini membuat Kim Seulki merasa kalau sudut pandangnya terhadap kehidupan dan nilai-nilainya bisa diterima apa adany.

Meskipun puas dengan pernikahan sologami, Kim mengaku menerima reaksi beragam dari teman dan keluarga.

“Beberapa orang mengatakan mereka menghormati dan bahkan iri dengan keputusan saya, sementara yang lain mengatakan ‘terlalu dini’ bagi saya untuk membuat komitmen seperti itu,” kata Kim.

Di luar beragam respons dari orang lain, Kim merasa telah menemukan kebahagiaan sebagai seorang individu dengan pernikahan ini.

Kim Seulki bukan satu-satunya orang yang menjalin pernikahan tunggal dengan dirinya sendiri.

Sofie Maure, perempuan asal Argentina juga pernah melakukan hal serupa dan terbuka membagikan kisahnya di media sosial Twitter @sofimaure07.

Pada 20 Februari 2023 lalu ia membuat sebuah cuitan dalam bahasanya yang jika di terjemahkan dalam bahasa Indonesia menceritakan detik-detik pernikahannya berlangsung.

“Hari ini, di saat-saat paling palsu dalam hidup saya, saya membeli gaun pengantin dan memasak kue pengantin untuk diri saya sendiri,” tulisnya.

Ia melengkapi cuitan tersebut dengan foto dirinya bergaya mirror selfie yang sedang mengenakan gaun pengantin berwarna putih.

Sayangnya, tak lama memutuskan sologami, ia malah menggugat pernikahan tersebut kepada dirinya sendiri.

Dalam artian, ia memili bercerai dari dirinya sendiri, tepat satu hari setelah memutuskan menikah.

Kim Seulki Dapat Keuntungan dari Sologami

Kim adalah satu di antara enam karyawan perusahaan kosmetik Lush Korea yang mendapatkan tunjangan sologami pada 2022.

Tunjangan tersebut, termasuk bonus uang tunai khusus sebesar 500.000 won atau sekitar Rp5,8 juta, serta liburan 10 hari untuk bulan madu solo setelah menikah.

Lush Korea menawarkan tunjangan sologami sejak Juni 2017.

Hal ini memiliki tujuan untuk memastikan seluruh karyawan, termasuk yang memutuskan tak menikah tetap mendapatkan program kesejahteraan dan tunjangan dari perusahaan.

“Ini mewakili budaya perusahaan yang menjunjung tinggi keberagaman dan inklusivitas. Gaya hidup setiap orang dihormati,” kata juru bicara perusahaan, Jeon Hana.

Tak hanya di Lush Korea, beberapa tahun terakhir, banyak perusahaan Korea Selatan mulai mengikuri langkah memberikan tunjangan untuk sologami.

Pada September 2022, Lotte Departement Store memberikan uang tunai dan tunjangan Hari Raya kepada karyawan berusia 40 tahun ke atas yang belum menikah.

Tunjangan tersebut diberikan dengan nominal yang sama seperti karyawan yang akan atau telah menikah.

Penyebab Tren Sologami Meningkat di Korea Selatan

Fenomena Sologami
Minat sologami terus bertambah, di tengah angka pernikahan di Korea Selatan yang menurun

Meskipun tingkat pernikahan terus menurun di Korea Selatan, namun jumlah individu yang berkomitmen menikah pada diri sendiri justru terus meningkat.

Kendati demikian, belum ada data resmi yang menunjukkan jumlah praktisi sologami di negara tersebut.

Orang-orang yang melangsungkan pernikahan tunggal pun bukan sekadar merayakan keputusan untuk menikahi diri sendiri.

Kerap kali keputusan ini dipilih sebagai perlawanan tekanan budaya yang berpusat pada pernikahan.

Pasalnya, tak jarang manfaat sosial lebih banyak diberikan kepada orang-orang yang sudah menikah.

Profesor sosiologi di Universitas Nasional Seoul, Suh Yijong menjelaskan, sologami atau autogami berkaitan dengan menurunnya angka pernikahan di Korea Selatan.

Menurutnya, fenomena ini juga meningkat seiring persepsi bahwa pernikahan tak lagi wajib di kalangan masyarakat berusia 20-30 tahunan.

Dalam survei statistik Korea pada 2022 yang melibatkan 36.000 warga menunjukkan, 36,4 persen responden berusia 19-34 tahun memiliki persepsi positif terhadap pernikahan.

Angka tersebut menurun 20,1 persen dari survei yang dirilis sepuluh tahun lalu pada 2012, yakni sebesar 56,5 persen.

Sementara itu, berdasarkan data statistik terpisah pada awal 2023, tingkat pernikahan di Korea Selatan pun kembali mencatatkan rekor terendah sepanjang 2022.

Sekitar 192.000 pasangan menikah pada 2022, turun 0,4 poin dari tahun sebelumnya.

Jumlah ini merupakan angka terendah sejak 1970, saat badan statistik pertama kali mengumpulkan data pernikahan.