TANGSELIFE.COM – Belakangan ini, bocah 6 tahun bernama Nathan Katcher viral di TikTok berkat kecerdasannya, terutama yang berkaitan dengan angka.
Siapa sangka, Nathan Katcher sudah belajar berhitung dan benar-benar memahami cara kerja matematika sejak berusia 3,5 tahun.
Salah satu video TikTok yang ditonton lebih dari 60 ribu kali, Nathan Katcher menunjukkan kemampuannya menghitung persamaan panjang yang meliputi perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, hingga akar kuadrat.
Sesuai kelihaian putranya bermain angka, ibu Nathan Katcher, Rachel Katcher, menjuluki sang anak sebagai ‘Nathan The Number Kid’.
Sosok Nathan Katcher, Bocah 6 Tahun yang Cerdas dan Mahir Matematika
Nathan Katcher mulai menghafal desain bendera dari 65 negara yang berbeda.
Dia juga belajar secara mandiri kiat bermain piano dengan menggunakan aplikasi pada ponsel.
Bocah berambut pirang kemerahan itu juga memiliki lima versi Monopoli berbeda dan mengingat persis harga setiap properti.
Berbeda dengan bocah seusianya, Nathan mulai memecahkan persamaan rumit dengan cara menghitung hanya untuk bersenang-senang.
Salah satu video Nathan yang viral di TikTok, menunjukkan dia berhasil menghitung persamaan panjang yang meliputi perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan bahkan akar kuadrat.
@nathanthenumberkid My sweet little math genius six year old! #math #mathtrick
Dalam satu hari semalam, video viral Nathan Katcher itu ditonton sebanyak 40.000 kali.
Rachel dan suaminya, Micah, merupakan pasangan pecinta matematika.
Tak heran keduanya rajin membuat soal matematika untuk menantang Nathan saat bersantai di rumah, ketika makan atau menunggu waktu tidur.
Bahkan saat diberi tantangan dalam perjalanan, Nathan mampu memecahkan soal matematika dengan mulus.
“Kalian akan bisa melihat matanya bergerak-gerak saat dia mengikuti dan memvisualisasikan angka-angkanya,” ujar Rachel.
“Dia ‘mengalahkan’ kebanyakan orang dewasa yang dia ajak bicara,” lanjut Rachel.
Nathan Katcher Jago Berhitung Sejak Usia 3,5 Tahun
Sebelum menjadi seorang ibu, Rachel adalah seorang guru kelas lima.
Saat pandemi, ia terjebak di dalam rumah dan mengambil alih tugas pendidikan untuk Nathan dan kakaknya, Evan, yang berusia 9 tahun.
“Saya kembali mengenakan kembali ‘topi guru’ ketika terkurung selama pandemi,” kata Rachel.
Kedua anak laki-laki Rachel terpaut usia beberapa tahun, tapi agar lebih mudah, Rachel mengajarkan materi yang sama pada keduanya Nathan dan Evan.
Saat sekolah perlahan mulai dibuka lagi, keluarga Katcher pun kembali aktif dan melakukan perjalanan dengan mobil ke mana-mana.
Dari situ, Rachel menyadari bahwa Nathan yang saat itu masih berusia tiga setengah tahun, mulai menghitung bus sekolah yang dilewati.
Alih-alih memulai dari awal setiap kali masuk ke dalam mobil, Nathan akan memulai dari jumlah sebelumnya.
“Saya takjub ketika dia menghitung sampai 300-an,” ucap Rachel.
Efek Nathan di Sekolah
Disamping menjumlahkan angka-angka di kepalanya, Nathan juga suka menuliskan angka-angka tersebut.
Di taman kanak-kanak (TK), Nathan mulai menulis angka pada gulungan kertas panjang, sampai akhirnya mampu menuliskan angka dari 1 sampai 10.000.
Bangga akan dedikasinya, Nathan membawa gulungan kertas tersebut ke sekolah, sehingga membuat teman-teman sekelasnya terkesan.
“Ada ‘Efek Nathan’ di kelas, dimana kawan-kawannya melihat dia sebagai pemimpin matematika,” kata Rachael.
Kemudian teman-teman sekelasnya mulai membuat gulungan angka sendiri.
Tren ini menjadi sangat populer hingga guru harus meminta anak-anak berhenti membawa gulungan kertas berisi angka ke sekolah.
“Ruang kelas hanya akan ditutupi dengan kertas. Setiap orang memiliki gulungan, dan mereka akan terus menggulungnya,” kata dia.
“Guru mengirimkan email kepada kami yang berbunyi, ‘Saya suka ini, tapi kita harus berhenti karena saya bahkan tidak bisa berjalan di dalam kelas’,” tutur Rachel.
Bersama dengan keluarganya, Nathan rutin mempraktikkan matematika mentalnya setiap hari.
“Rasanya menyenangkan. Ini adalah sesuatu yang dilakukan oleh seluruh keluarga bersama-sama. Kami bersenang-senang dengan hal itu,” kata Rachel.
Kini Nathan adalah siswa kelas satu, ia telah mengarahkan pandangannya pada apa yang dia anggap sebagai puncak gunung matematika yakni kalkulus.
“Saat itulah kamu melampaui kami,” canda Rachel pada Nathan.
Rachel memberitahu Nathan bahwa matematika dapat menjadi bagian dari kariernya di masa depan.
Meski memiliki anak dengan kemampuan matematika luar biasa, Rachel tetap memandang Nathan sebagai anak laki-laki berusia 6 tahun yang normal, yang ingin selalu melakukan hal berbeda setiap hari.
Disaat masa depannya tiba, pilihan Nathan untuk menjadi apapun itu, Nathan akan selalu menjadikan matematika sebagai bagian dari hidupnya.