TANGSELIFE.COM– Selama sepekan kualitas udara di Tangerang Selatan berada di zona merah atau tidak sehat.

Laporan dari perusahaan teknologi asal Swiss IQAir menyebutkan indeks kualitas udara di Tangerang Selatan menduduki peringkat pertama sebagai kota paling berpolusi di Indonesia.

Sampai hari ini, Jumat 11 Agustus 2023 tercatat kualitas udara di Tamgerang Selatan tidak sehat atau buruk.

Merespon hal ini Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) kota Tangerang Selatan Wahyunoto Lukman membantah bahwa kualitas udara di Tangsel buruk.

“Sampai dengan data kemarin terkait kualitas udara Tangerang Selatan masih sangat layak untuk mahluk hidup, baik manusia, hewan, dan tumbuhan. Jadi, sehari-hari kita rasakan,” ujar Wahyunto.

Atas hal ini Pemerintah kota Tangsel akhirnya melakukan pemantauan kualitas udara di Tangerang Selatan di empat titik.

Wahyunto juga mengatakan bahwa pihak DLH Tangsel punya alat pengukur kualitas udara sendiri dan bisa mendeteksi lima unsur berbahaya yang terkandung dalam partikel di udara.

Kualitas Udara di Tangerang Selatan Buruk, DLH Tangsel Meragukan Hasilnya.

Kualitas udara di Tangerang Selatan 11 Agustus 2023
Kualitas udara Tangerang Selatan 11 Agustus 2023 Berdasarkan Pemantaun IQAir Diragukan DLH Tangsel

Pihak DLH kota Tangsel mempertanyakan keakuratan data dari situs yang menyebutkan kualitas udara di Tangerang Selatan menjadi juara polusi.

Wahyunto menanyakan bagaimana cara pengkuran dan sampel yang diujikan sudah sesuai dengan ketetapan atau SOP terakreditasi lembaga yang kompeten.

Menurutnya untuk bisa menyebutkan udara di Tangerang Selatan itu buruk, maka sampel yang diuji harus benar-benar mewakili keadaan diseluruh wilayah Tangsel.

Setidaknya sampel udara tersebut mewakili tujuh kecamatan yang ada di wilayah Tangsel.

Kepala Dinal LH kota Tangsel juga menegaskan agar situs tersebut tidak terburu-buru untuk menyebarkan suatu informasi yang belum bisa dipertangungjawabkan.

Pemkot Tangsel juga mempunyai alat ukur yang bisa digunakan secara aktif dan pasif, dan metode samplingnya juga sudah sesuai dengan lembaga komite akreditasi nasional.

Bahkan, alat pengukur kualitas udara di Tangsel diklaim bisa mendeteksi lima unsur partikel berbahaya yang ada di udara.

Lima unsur partikel beracun yang dapat terdeteksi diantaranya ada dioksin, arsenik, sulfur dioksida, karbon monoksida, dan magnesium dioksida.

Selain itu, alat ukur aktif kualitas udara di Tangsel diletakan oleh DLH di Taman Kesehatan yang bekerja terus menerus menguji dan mengukur secara real time.

Sedangkan, alat uji pasif berguna untuk mengambil sampel udara yang tersebar di beberapa wilayah Tangsel.

Hasil dari kedua alat uji kualitas udara yang dimiliki DLH Tangsel dianggap lebih benar dan dapat dipertangungjawabkan.

DLH Tangsel Melakukan Pengukuran Kualitas Udara di Tangerang Selatan.

Dinas Linkungan Hidup kota Tangsel akhirnya turun tangan dengan melakukan pemantauan menggunakan alat HVAS (high volumer air sampler) yang sudah terakreditasi oleh laboratorium KAN.

Pemantauan kualitas udara Tangerang Selatan dilakukan diempat titik dan pengoperasiannya sesuai dengan PP 22 Tahun 2021.

Empat lokasi yang menjadi titik pemantauan yakni Kecamatan Setu, Pondok Aren , Serpong, dan Ciputat Timur.

Pemantauan kualitas udara di Tangerang Selatan juga dilakukan monitoring secara real time dengan Sistem Pemantauan Kualitas Udara Ambien (SPKUA) yang ada di Taman Kesehatan.

Wahyu juga memaparkan bahwa alat SKUPA yang dimiliki pihaknya bisa melakukan pemantauan terhadap 7 pengukuruan yaitu PM10, PM2,5, S02,CO,O3, NO2, dah HC.

Hasil pemantauan mandiri DLH Tangerang Selatan menunjukan bahwa Indeks Standar Pencemaran Udarara(ISPU) di wilayahnya berada diangka 94 dengan baku mutu PM2,5 pada tanggal 10 Agustus 2023.

Jika dilihat dari indeks tersbut dan pemantauan udara dengan alat hingga adanya Laboratorium Penguji (LP) yang terakreditasi, maka kulitas udara di Tangerang Selatan masih diterima untuk kesehatan mahluk hidup.

Selain itu, tidak ditemukan lima unsur partikel berbahaya yang terkandung di udara Tangsel, namun ada sejumlah partikel tidak berbahaya yang masih berterbangan.

Partikel yang tercampur di udara kota Tangsel diklaim bisa terurai dengan air hujan, namun karena sedang musim kemarau maka partikel tersebut bisa bertahan lebih lama

Dapatkan Berita Terbaru lainya dengan Mengikuti Google News Tangselife