TANGSELIFE.COM – Video percekcokan di RSUD Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, viral di media sosial.
Dalam narasi di video tersebut ada pasien yang koma dan membutuhkan ambulans, akan tetapi ambulans operasional RSUD disembunyikan.
“Menurut keterangan, ada pasien koma butuh ambulans, tapi ambulansnya disembunyiin, akhirnya ketahuan ambulansnya ada di gudang RSUD Leuwiliang, Bogor,” tulis sang pengunggah video.
Dalam video juga terselihat aksi adu mulut dari sejumlah orang, bahkan terdengar seorang pria memaki.
Hal ini sampai terdengar oleh Bupati Bogor Iwan Setiawan.
Ia mengungkapkan akan mengecek fakta di tempat kejadian dan memastikan pihaknya akan menindaklanjuti masalah ini.
“Saya akan mencari tahu dulu informasi tersebut untuk menindaklanjutinya. Setelah jelas informasi sebenarnya, baru kita bisa simpulkan,” katanya.
Ia menuturkan kalau masalah ini menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor.
Dia ingin rumah sakit bekerja maksimal memberi layanan kepada masyarakat.
Namun baru-baru ini pihak rumah sakit RSUD Leuwiliang memberikan klarifikasi terkait kejadian yang viral di media sosial itu.
Menurutnya, fakta kejadian sebenarnya tak sesuai dengan apa yang dinarasikan di dalam video.
Ia pun menjelaskan duduk perkara kasus yang disebut ‘ambulans disembunyikan’ tersebut.
Klarifikasi RSUD Leuwiliang Terkait ‘Ambulans Disembunyikan’
Dalam klarifikasi yang dijelaskan oleh pihak RSUD Leuwiliang, pasien datang pada hari Kamis, 9 November 2023 sekitar pukul 18.15 WIB dan diantar oleh satu orang temannya pasca kecelakaan lalu lintas.
Pasien diterima oleh petugas IGD dalam keadaan sadar dan dapat berkomunikasi.
Kemudian dilakukan pemeriksaan oleh dokter, mendapatkan terapi, dilakukan pembersihan luka, merawat luka, memasang spalk pada kaki kiri, memberikan suntikan obat penghilang nyeri.
Dokter RSUD Leuwiliang pun memberikan penjelasan kepada keluarga bahwa kondisi pasien sadar dan bisa berkomunikasi.
Kemudian, terkait pemeriksaan lanjutan dibutuhkan dokter spesialis saraf.
Rencananya, pasien akan dirujuk ke rumah sakit yang memiliki dokter spesialis beda saraf karena RSUD Leuwiliang belum memiliki dokter spesialis bedah saraf.
Saat orangtua pasien datang, dokter kembali memberikan penjelasan mengenai hal tersebut.
Namun orangtua menunggu suami pasien datang.
Saat suaminya datang, dokter kembali mengedukasinya tentang kondisi pasien sesuai penjelasan di atas.
Setelah semua diberi penjelasan, keluarga ingin langsung membawa pasien menggunakan kendaraan sendiri.
Namun dokter mengungkap bahwa prosedur rujukan antar-rumah sakit harus melalui Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT).
Sehingga rumah sakit yang akan menjadi tempat rujukan mengetahui kondisi dan kebutuhan pasien.
Setelah rumah sakit yang dituju siap menerima pasien, pasien akan diantar menggunakan ambulans rumah sakit dengan didampingi oleh tenaga kesehatan (perawat atau dokter) RSUD Leuwiliang.
Setelah dijelaskan, keluarga pasien tetap ingin membawanya menggunakan kendaraan sendiri.
Dokter kembali melakukan edukasi terkait prosedur SPGDT beberapa kali untuk menjaga kondisi pasien tetap stabil.
Diketahui suami dan keluarga tetap menolak menggunakan sistem Rujukan (SPGDT) dan tetap menggunakan kendaraan sendiri dan ternyata petugas rumah sakit melihat telah ada kendaraan pribadi yang menjemput pasien tersebut.
Berdasarkan klarifikasi yang dibagikan oleh pihak RSUD Leuwiliang, narasi dalam video yang viral di media sosial adalah hoaks alias tidak benar.