TANGSELIFE.COM – Kepala Sekolah SMPN 20 Tangsel, Frida Tesalonik mengungkapkan alasan utama kenapa proses pembongkaran bangunan sekolah berhenti.
Ia menyebut, proses pembongkaran bangunan berhenti bukan karena adanya penolakan dari sebagian warga. Melainkan karena alat berat ekskavator mengalami kerusakan.
“Terhenti itu sekarang karena memang ekskavatornya rusak,” kata Frida, Jumat, 16 Mei 2025.
Frida mengungkapkan, sedangkan warga yang melakukan aksi penolakan saat itu langsung ditemui oleh Lurah setempat.
Saat itu Lurah mendengarkan langsung aspirasi dan tuntutan masyarakat, sehingga disepakati akan dijadwalkan pertemuan antar semua pihak yang melibatkan para warga untuk mencari jalan keluar terbaik.
“Ketika ada foto pemasangan spanduk dan lain-lain saya dikirimin, saya langsung komunikasi dengan pak Lurah. Saat itu pak Lurah langsung merespon dan langsung turun ke lapangan berbicara,” ungkapnya.
Pengamatan Tangselife di SMPN 20 Tangsel pada Kamis (15/5) memang tampak tidak ada aktivitas pembongkaran.
Sebagian bangunan masih berdiri meski terlihat ada bekas pembongkaran, di sekitar bangunan sekolah juga terlihat banyak puing bekas bangunan.
Sedangkan di area halaman sekolah tersebut juga terdapat satu alat berat berupa ekskavator, namun tidak beroperasi.
Alasan Warga Menolak Renovasi SMPN 20 Tangsel
Diketahui sejumlah warga melakukan penolakan terhadap proses renovasi SMPN 20 Tangsel yang berada di Kelurahan Bakti Jaya, Kecamatan Setu.
Dalam dokumentasi yang tersebar, warga sempat memasang spanduk tepat di tembok depan sekolah. Spanduk itu berisi narasi penolakan.
Ketua RT 02, Desra Yusuf Harahap ketika ditemui menjelaskan, penolakan dilakukan karena proses renovasi sekolah itu tidak ada komunikasi dengan warga sekitar.
Padahal para warga, khususnya yang bermukim dekat dengan sekolah tersebut terdampak langsung dengan adanya kegiatan itu.
“Sebenarnya wacana renovasi sekolah ini sudah mulai bergulir kurang lebih sejak tahun 2022, tapi warga tidak mendapatkan informasi secara lebih jelas detailnya seperti apa pembangunannya,” kata Desra, Kamis, 15 Mei 2025.
Desra menekankan bahwa tindakan yang dilakukan oleh dirinya dan beberapa warga bukan bentuk penolakan terhadap pekerjaan pemerintah.
Terlebih, proyek tersebut merupakan fasilitas pendidikan yang notabennya sangat diperlukan dan dibutuhkan oleh masyarakat.
“Kalau rencana pembangunan kami setuju, mendukung. Karena beberapa warga kami anak-anaknya (sekolah) disini, jadi manfaatnya kita rasakan. Namun diluar dari kegiatan belajar mengajar itu komunikasinya tersendat seakan-akan sekolah yang berlokasi dan beralamat di tempat kami tapi sama sekali gak ada komunikasinya dengan warga sekitar,” pungkasnya.



