TANGSELIFE.COM – Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) akan menerapkan Sistem Satu Arah (SSA) disejumlah ruas jalan pada tahun 2024 untuk mengurai titik kemacetan.

Meski kebijakan itu baru akan diterapkan pada tahun 2024, namun rencana tersebut langsung mendapatkan respons dari sejumlah anggota DPRD Kota Tangsel.

Anggota Komisi IV DPRD Kota Tangsel, Alexander Prabu mengatakan, pihaknya telah mendengar langsung penjelasan penerapan sistem satu arah dari Dishub Tangsel.

Menurutnya, penerapan sistem satu arah akan cukup efektif untuk mengurai kemacetan pada jam-jam tertentu.

“Bahwa beberapa tempat sistem satu arah itu memang efektif di jam-jam kerja untuk mengurai, tapi kan setelah itu sudah tidak efektif lagi,” kata Alexander kepada Tangselife.com, Rabu, 13 Desember 2023.

Meski mendukung kebijakan tersebut, namun DPRD meminta kepada Dishub Tangsel untuk tidak menjadikan SSA sebagai program jangka panjang.

Ia pun mendesak Dishub Tangsel untuk membuat grand design untuk mengurai kemacetan.

“Menurut saya memang jangka panjangnya kita itu gabisa (hanya mengandalkan) sistem satu arah, jangka panjangnya yaitu harus menyediakan transportasi umum,” tuturnya.

Sementara itu, anggota Komisi IV DPRD Kota Tangsel dari Fraksi Partai Demokrat, Julham Firdaus meminta Dishub untuk lebih memperkuat kajian sebelum SSA diterapkan.

“Saya sudah selalu mengkoreksi tentang masalah penguraian kemacetan, kajiannya harus jelas dulu,” tegas Julham.

Menurutnya kebijakan tersebut tentu akan menimbulkan berbagai dampak bagi masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan yang akan diterapkan sistem satu arah.

“Dampak masyarakatnya juga harus di lihat dulu, jadi bukan hanya masalah lalu lintasnya saja yang harus diurai tapi waktu aktivitas masyarakat juga harus diperhitungkan,” tuturnya.

Julham mengungkapkan, Tangsel yang merupakan kota penyangga DKI Jakarta dengan penduduk yang selalu meningkat maka turut menyebabkan volume kendaraan di jalan-jalan Tangsel selalu bertambah.

“Jadi Dishub bukan hanya mengatur lalu lintas dan kendaraan, tapi juga memperhatikan tentang gerak langkah, waktu tempuh, dan seluruh aktivitas masyarakatnya,” terangnya.

“Tidak bisa (hanya dengan sistem satu arah), karena volume kendaraan kita itu luar biasa, karena kita kota lintas, kota penyangga dan padat penduduk,” pungkasnya. (Andre Pradana)