TANGSELIFE.COM-Faktor sulitanya ekonomi jadi angka tertinggi yang menyebabkan orang ingin mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.

Dan belakangan ini, banyak masyarakat yang terdampak kesulitan ekonomi, efek dari Covid-19 yang melanda dunia pada 2020 lalu.

Seperti kasus warga Pamulang yang coba mengakhiri hidup dengan cara melompat dari jembatan flyover Gaplek, Kecamatan Pamulang pada Rabu, 11 Oktober 2023.

Dalam hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak kepolisian, alasan korban diduga berupaya mengakhiri hidupnya dipicu karena faktor ekonomi.

Pasalnya korban dikabarkan telah di PHK oleh perusahaan tempat ia bekerja sejak Covid-19 melanda tahun 2020 lalu dan tidak memiliki penghasilan hingga saat ini.

Dekan Fakultas Psikologi Universitas Bhayangkara Jakarta, Prof Adi Fahrudin, mengatakan, saat ini faktor ekonomi menempati urutan tertinggi pemicu orang untuk melakukan bunuh diri.

Selain faktor ekonomi, faktor sosiologis juga menjadi pemicu terbesar sehingga orang terdorong untuk memutuskan untuk mengakhiri hidup.

“Pada umumnya kasus-kasus bunuh diri itu memang dominannya adalah faktor sosio ekonomi, faktor ekonomi menempati urutan pertama,” kata Adi Fahrudin, ketika dihubungi Tangselife.com, Kamis, 12 Oktober 2023.

“Ekonomi itu bisa karena tidak punya penghasilan atau tidak cukup penghasilan. Jadi penghasilan mereka tidak memadai untuk kebutuhan dirinya atau keluarganya,” lanjutnya.

Menurut Adi Fahrudin, untuk mengantisipasi terjadinya upaya percobaan bunuh diri karena faktor ekonomi dan sosial diperlukan adanya sistem pencegahan di lingkungan masyarakat.

Dalam situasi tersebut, lanjut Adi, lingkungan masyarakat sangat berperan untuk meminimalisir potensi terjadinya upaya percobaan bunuh diri.

Di lain sisi, pemerintah juga dinilai perlu mengambil langkah inovasi dalam menentukan program untuk meminimalisir beban masyarakat.

“Menurut saya ini perlu dicarikan solusi untuk pencegahan ditingkat masyarakat, makanya sistem ketogongroyongan di masyarakat perlu diperkuat untuk mencegah,” tambahnya.

Selain itu, Guru Besar dalam Ilmu Pekerja Sosial itupun menyarankan agar dibentuknya lembaga konseling sebagai tempat konsultasi untuk masyarakat yang mengalami depresi.

“Tentu harus ada program dari berbagai pihak yang berupaya untuk mencegah masalah-masalah stress karena ekonomi, apalagi di tengah perkembangan ekonomi yang tidak menentu saat ini,” tuturnya.

“Dari segi makronya kebijakan ekonomi harus menyentuh masyarakat seperti ini, bantuan-bantuan sosial harus tertuju kepada kelompok yang membutuhkan, jangan sampai salah sasaran ke orang yang tidak tepat,” pungkasnya. (Andre).

Sopiyan
Editor