TANGSELIFE.COM – Fenomena Puncak Gunung Gede Pangrango diselimuti es yang terjadi Minggu (30/7/2023) sempat membuat masyarakat terkejut.

Kondisi Puncak Gunung Gede Pangrango, Cianjur, Jawa Barat, yang diselimuti es dibagikan seorang pendaki asal Kota Bandung, Jawa Barat, melalui unggahan Story Instagram @raiirwan.

Video yang dibagikan @raiirwan memperlihatkan aktivitasnya yang sedang mendaki Gunung Gede Pangrango ketika suhu udara sedang rendah atau dingin.

Saking dinginnya, beberapa benda seperti tenda dan tas miliknya yang sedang mendaki Gunung Gede Pangrango tersebut tertutupi butiran es.

Penyebab Puncak Gunung Gede Pangrango Diselimuti Es

Sama seperti kawasan gunung-gunung lain di Indonesia seperti di Dieng dan Bromo, suhu di Gunung Gede Pangrango juga turun saat musim kemarau.

Bahkan, Kepala Balai Besar TNGGP (Taman Nasional Gunung Gede Pangrango), Sapto Aji, mengatakan di musim kemarau, suhu udara di puncak gunung sampai menyentuh titik beku.

“Gunung Gede Pangrango juga mengalami penurunan suhu udara. Bahkan hingga ke titik beku, sehingga terjadi fenomena tanaman hingga tenda diselimuti es di puncak,” ujarnya.

Penjelasan turunnya suhu di puncak gunung saat musim kemarau juga dipaparkan Prakirawan BMKG Bandung, Darmawan.

“Akibat dari pelepasan energi dari bumi saat kemarau, tutupan awan tidak ada. Pada siang hari itu bumi menerima gelombang panjang dari matahari, yang masuk banyak,” jelasnya.

Menurutnya, terjadi kondisi El Nino (fenomena pemanasan Suhu Muka Laut/ SML), sehingga mengakibatkan pendinginan ekstrem di puncak gunung tersebut.

“Ketika malam hari, pelepasan energi bumi gelombang pendek banyak juga karena gak ada awan yang melindungi, sehingga bumi terjadi pendinginan yang sangat ekstrem,” terangnya lagi.

Darmawan pun menegaskan bahwa yang menyelimuti puncak Gunung Gede Pangrango bukanlah salju, melainkan embun es.

Saking dinginnya, embun es di puncak gunung itu berubah menjadi es, serta suhu udara pun bisa turun sampai minus derajat Celcius.

Suhu Udara Ekstrem Memicu Hipotermia

Drastisnya suhu udara yang turun di gunung saat kemarau membuat embun dan air membeku, maka bisa membuat pendaki rentan mengalami hipotermia.

Hipotermia merupakan kondisi ketika suhu tubuh turun drastis sampai di bawah 35 derajat Celcius.

Hipotermia berpotensi mengakibatkan jantung dan organ vital lain gagal berfungsi.

Jika tidak langsung ditangani, maka penderita hipotermia bisa mengalami henti jantung, gangguan sistem pernapasan, hingga kematian.

Karena itu para pendaki gunung sebaiknya mengatahui cara mengatasi kondisi hipotermia saat melakukan pendakian, diantaranya:

– Pindahkan penderita hipotermia dari tempat dingin ke tempat yang lebih hangat dan kering.

– Ganti pakaian yang basah dengan pakaian yang hangat.

– Bungkus badan dengan selimut sampai bagian kepala, sehingga hanya bagian wajah yang terbuka.

– Kontak kulit ke kulit (skin to skin) untuk mentransfer panas tubuh ke penderita hipotermia.

– Bila masih sadar, beri penderita hipotermia minuman hangat untuk menghangatkan tubuh.

– Bila penderita hipotermia tidak sadar, terapkan prosedur CPR (cardiopulmonary resuscitation) sampai nadi kembali teraba.

– Jika penderita hipotermia sudah sadar, berilah minuman hangat sesegera mungkin.

Gunung Gede Pangrango Cocok untuk Pendaki Pemula

Pendaki yang baru memulai pengalaman mendaki biasanya berbondong-bondong menyambangi Gunung Gede Pangrango.

Selama ini, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memang dikenal sebagai salah satu tujuan pendakian yang cocok bagi pendaki pemula.

Meski sempat tutup saat awal pandemi Covid-19, jalur pendakian ke Gunung Gede Pangrango kembali dibuka di akhir tahun 2020.

Terdapat tiga jalur pendakian untuk menuju ke puncaknya, yaitu jalur Cibodas, jalur Gunung Putri, dan jalur Salabintana Sukabumi.

Jalur Cibodas menjadi jalur favorit pendaki pemula karena lebih sering dilintasi dan medannya relatif lebih bersahabat.

Setiap pendaki diwajibkan memiliki Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi (SIMAKSI) pendakian yang dikeluarkan oleh Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (BBTNGGP).

SIMAKSI didapatkan dengan ketentuan yang sudah ditetapkan, diantaranya:

1. Melakukan pendaftaran secara online dengan cara mengisi form aplikasi secara lengkap.

2. Pembayaran harus dilakukan paling lambat 2 jam setelah tanggal/jam pendaftaran.

3. Semua calon pendaki wajib upload identitas yang masih berlaku seperti KTP, SIM, Kartu Pelajar/Mahasiswa, Paspor, Kartu Anggota TNI/Polri atau surat keterangan domisili dari RT/RW setempat (bagi yang tidak/belum memiliki identitas).

4. Tidak diperbolehkan upload Kartu Keluarga, Akta Kelahiran, Raport, dan sejenisnya.

5. Pendaki di bawah usia 5 tahun menjadi tanggung jawab orang tua/wali dan tidak mendapat asuransi jiwa dan calon pendaki yang berusia di bawah 17 tahun wajib melampirkan surat izin orang tua/ wali disertai fotokopi identitas orang tua/ wali yang masih berlaku.

6. Simaksi pendakian dibuat untuk kelompok pendaki dengan jumlah minimum 3 orang dan maksimum 10 orang pendaki.