TANGSELIFE.COM – 36 tahun sudah Tragedi Bintaro 1987 menjadi sejarah kelam sistem transportasi kereta api Indonesia.

Tragedi Bintaro 1987 merupakan peristiwa kecelakaan dua kereta api yang bertabrakan di daerah Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan.

Kecelakaan kereta api yang melibatkan 1.200 penumpang ini disebut juga sebagai Tragedi Bintaro I terjadi pada 19 Oktober 1987.

Mengenang Tragedi Bintaro 1987

Tragedi Bintaro 1987 menjadi peristiwa kecelakaan kereta api paling kelam dalam sejarah transportasi di Tanah Air.

Meski sudah 32 tahun berlalu, memori buruk kecelakaan kereta api itu menyisakan luka dalam dan tidak akan luput dari ingatan.

Tabrakan melibatkan KA 225 Merak dan KA 220 Rangkas yang menewaskan lebih dari 150 penumpang kereta dan lebih dari 250 korban luka berat.

Kecelakaan terjadi pada tikungan S yang saat itu mayoritas perkebunan dan semak belukar, tepatnya berada PA KM 17+252 lintas Angke-Tanahabang-Rangkasbitung-Merak.

KA 225 Merak dan KA 220 Rangkas melintas pada satu rel yang sama dari arah yang berlawanan sehingga tabrakan tak bisa dihindari.

Akibat kecelakaan yang terjadi, kedua lokomotif dan gerbong pertama KA 225 Merak dan KA 220 Rangkas hancur.

Menurut beberapa sumber, kecelakaan maut ini terjadi akibat kelalaian petugas.

Kejadian ini bermula ketika KA 220 Merak berangkat dari Stasiun Kebayoran menuju Stasiun Sudimara, tapi sayang tiga jalur kereta telah terisi.

PPKA (Pemimpin Perjalanan Kereta Api) Stasiun Sudimara akhirnya meminta persilangan kereta di Stasiun Kebayoran.

Petugas berusaha untuk mengosongkan salah satu kereta di Stasiun Sudimara untuk KA 200 dengan mengantisipasi langkah darurat yaitu memindahkan rangkaian KA 225 dari kereta 3 ke kereta 1.

Sayangnya, upaya antisipasi tersebut tidak berhasil terjadi lantaran masinis KA 225 Slamet Suradio tak melihat sinyal yang diberikan KA 220.

Atas terjadinya peristiwa nahas ini, para petugas yakni masinis dan kondektur diberi sanksi tegas dengan hukuman penjara.

Para petugas yang terlibat dinilai tidak menjalankan tugas dengan baik.

Mereka juga dinilai tidak memperhatikan panduan protokol keselamatan yang seharusnya ditunaikan selama menjalankan tugas.

Berangkat dari Tragedi Bintaro 1987, sistem transportasi kereta api di Tanah Air mengalami revolusi.

Pemerintah mulai memperketat aturan keselamatan guna menghindari terjadinya hal serupa di masa depan.

Revolusi sistem transportasi kereta api di Indonesia yang dilakukan PT KAI pun makin memperlihatkan kemajuan dewasa ini.

Lirik Menyayat Hati Tragedi Bintaro 1987 Gubahan Iwan Fals

Tragedi Bintaro I ini pun diabadikan musisi Iwan Fals dalam lagu berjudul ‘1910’ yang memuat lirik menyayat hati.

Berikut penggalan lirik lagu ‘1920’ yang digubah Iwan Fals:

“Apa kabar kereta yang terkapar di Senin pagi?
Di gerbongmu ratusan orang yang mati
Hancurkan mimpi bawa kisah
Air mata
Air mata

Belum usai peluit, belum habis putaran roda
Aku dengar jerit dari Bintaro
Satu lagi catatan sejarah
Air mata
Air mata”

19 Oktober tanah Jakarta berwarna merah
Meninggalkan tanya yang tak terjawab
Bangkai kereta lemparkan amarah
Air mata
Air mata

Nusantara
Langitmu saksi kelabu
Nusantara
Terdengar lagi tangismu
Nusantara
Kau simpan kisah kereta
Nusantara
Kabarkan marah sang duka

Saudaraku, pergilah dengan tenang
Sebab duka sudah tak lagi panjang
Saudaraku, pergilah dengan tenang..”