TANGSELIFE.COM – Puncak arus balik mudik Lebaran 2024 di Bandara Soekarno-Hatta diprediksi akan terjadi pada H+4 dan H+5 atau 14 dan 15 April 2024 besok.

Meskipun demikian, Bandara Soekarno-Hatta sudah mulai kedatangan penumpang arus balik mudik sejak Sabtu, 13 April 2024.

Ini ditunjukkan dari lebih banyaknya penumpang datang (arrival) daripada penumpang berangkat (departure).

Dari data menunjukkan kalau jumlah keberangkatan sebesar 69.828, sedangkan kedatangan sebesar 80.548 penumpang.

Artinya, arus balik mudik di Bandara Soekarno-Hatta memang sudah dimulai.

Sebelumnya, tepat pada H+2 Lebaran atau Jumat, jumlah kedatangan juga lebih banyak dari keberangkatan.

Jumlah kedatangan sebanyak 66.336 pax, sementara keberangkatan sebanyak 63.116 dengan total 129.452 orang terbang berangkat dan datang di Bandara Soekarno-Hatta.

Di samping itu, Menteri Perhubungan  (Menhub) Budi Karya Sumadi telah meninjau pergerakan penumpang dan pesawat pada masa arus balik mudik di Bandara Soekarno-Hatta pada Jumat, 12 April 2024.

“Di sini pergerakan sudah mencapai 1.236 mendekati tahun 2019 sebesar 1.280. Kejutannya adalah jumlah penumpangnya lebih besar. Kalau di Jakarta lebih besar 101 persen dibandingkan 2019, sedangkan di Bali 204 persen. Ini tidak mungkin terjadi apabila kita tidak melakukan kolaborasi,” ucapnya.

Diketahui penerbangan saat arus mudik di Bandara Soekarno-Hatta mencapai puncak tertinggi pada H-4 atau 6 April 2024 dengan 1.236 penerbangan (take off dan landing) serta 187.750 penumpang.

Sedangkan setelah lebaran sampai saat ditinjau Budi Karya, puncak tertinggi terjadi pada 11 April 2024 yakni 843 penerbangan dengan 121.325 penumpang.

Melihat angka tersebut, jelang puncak arus balik mudik diperkirakan terjadi pada 14 dan 15 April 2024.

Sebab, Budi Karya kembali meminta semua pihak kolaborasi untuk menghindari berbagai masalah yang bisa terjadi.

Untuk memaksimalkan pergerakan pesawat, ia meminta AirNav Indonesia mengoptimalkan runway ketiga di Bandara Soekarno-Hatta.

Runway ketiga ini harus difungsikan seperti runway kedua, bisa menjadi lintasan landing secara bersama.

“Jika semua instrumen dilaksanakan pergerakan pesawat bisa 110 per jam. Sekarang baru 87 dan menuju ke arah situ. Tapi dengan 87 pergerakan per jam pun sudah bisa mengakomodasi 1.236 sehari, itu luar biasa,” ucap Budi Karya.

Kementriannya juga telah menyiapkan sejumlah skenario untuk mengantisipasi apabila terjadinya kepadatan yani dengan mengerahkan Kepolisian sebagai penegak hukum untuk merazia travel gelap.

Dwi Oktaviani
Editor