TANGSELIFE.COM – Kota Tangerang Selatan (Tangsel) menjadi wilayah dengan kualitas udara terburuk nomor 1 di Indonesia berdasarkan laporan kualitas udara dunia tahun 2023 yang rilis oleh IQAIR.

Keberadaan Kota Tangsel yang menempati urutan teratas itu pun mendapatkan ucapan selamat bernada sindiran dari salah satu organisasi non profit yang bergerak di bidang lingkungan yaitu Greenpeace.

Melalui unggahan di akun instagramnya, @greenpeaceid menyebut bahwa Tangsel sebagai Kota paling berpolusi di Indonesia dan Asia Tenggara dengan angka PM2.5 tahunan 14 kali melampaui standar pedoman WHO.

Wakil Wali Kota Tangerang Selatan, Pilar Saga Ichsan tak menampik laporan kualitas udara itu. Ia menyebut bahwa pada tahun 2023 lalu Kota Tangsel memang pernah menampati urutan pertama sebagai kota dengan kualitas udara buruk berdasarkan IQAIR.

“Sebetulnya itukan data 2023 yang kemarin yah pada saat sedang tinggi-tingginya. Mungkin Greenpeace memberitakan yang kemarin itu,” kata Pilar saat ditemui Tangselife.com Rabu, 20 Maret 2024.

Namun ia menyebut hingga saat ini belum mendapatkan peringatan kembali dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK) terkait permasalahan kualitas udara.

Pilar mengatakan, pasca ramainya pemberitaan yang menyebut kualitas udara Tangsel buruk pada tahun 2023 lalu pihaknya telah menginstruksikan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Tangsel untuk rutin melakukan pengecekan kualitas udara.

Dinobatkan Menjadi Nomor 1 Kota Paling Berpolusi di Indonesia, Ini Upaya yang Dilakukan Pemkot Tangsel untuk Memperbaiki Kualitas Udara

Saat ini Tangerang Selatan sendiri memiliki lokasi pemantau udara yang tersebar di beberapa kecamatan.

“Dinas Lingkungan Hidup juga rutin melakukan pengecekan sampai sekarang, Insyaallah ya masih dalam posisi yang aman, cuma yang kemarin di publikasikan hasil IQ Air 2023 waktu kemarin El Nino,” katanya.

Pilar mengungkapkan, Pemkot sendiri telah mengambil langkah guna memperbaiki kualitas udara di Kota Tangerang Selatan

Salah satunya dengan berupaya menekan penggunaan kendaraan pribadi masyarakat.

“Bus sekolah juga akan ditambah supaya mengurangi polusi udara. Menggantikan transportasi pribadi,” ujarnya.

Selain itu, Pemkot Tangerang Selatan juga sedang berupaya menambah ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH).

Hal utama yang dilakukan yaitu dengan menginventarisir aset-aset milik Pemkot yang nantinya akan digunakan menjadi taman.

“Lalu ruang terbuka hijau masih kita fasilitas aset-aset kita dari pengembang, itu jadi taman-taman kota ruang terbuka hijau. Dan juga program-program lain yang mudah-mudahan kami pun berharap jangan sampai terjadi lagi anomali cuaca seperti kemarin,” tegasnya.

Ia mengungkapkan, posisi Tangerang Selatan yang diapit oleh tiga provinsi membuat intensitas kendaraan sebagai salah satu penyumbang polusi cukup tinggi.

Oleh karena itu, lanjut Pilar, penanganan permasalahan udara tidak bisa hanya mengandalkan satu kota, melainkan harus bersinergi.

“Karena memang Tangerang Selatan ini kan kota perlintasan, kami berharap ke depan pemerintah pusat sama pemerintah provinsi juga bisa bersama-sama fokus untuk menangani masalah polusi udara,” harapnya.

“Karena inikan lintas sektoral, karena penanganan ini tidak bisa dilakukan dalam waktu satu atau dua hari, ini sangat panjang dan juga lintas sektor dan aglomerasi,” pungkasnya.