TANGSELIFE.COM– Proses evakuasi kecelakaan kereta api di Balasore, Negara Bagian Odisha, India timur nyaris selesai dilakukan, Senin, 5 Juni 2023.

Kini pihak berwenang di India tengah menyelidiki penyebab tabrakan tiga kereta yang menyebabkan tewasnya 288 penumpang dan 900 penumpang lainnya terluka.

Data terbaru mulai terkuak. Pasalnya, pihak berwenang mengatakan kalau kecelakaan kereta api paling mematikan dalam dua dekade di India tersebut kemungkinan akibat kegagalan sinyal.

Investigasi awal yang dilakukan menunjukkan Coromandel Express yang berangkat dari Chennai menuju Kolkata, keluar dari jalur utama dan memasuki jalur melingkar di sampingnya.

Padahal kereta api naas itu berkecepatan 128 kilometer (km) per jam. Akibatnya, kereta Coromandel Express menabrak kereta barang yang tengah terparkir di lokasi kejadian.

Tabrakan itu membuat mesin dan lima gerbong pertama Coromandel Express melompati rel, terguling dan menabrak dua gerbong terakhir kereta lain Yeshwantpur-Howrah yang tengah melintas di sebelahnya.

Saat kejadian, kereta Yeshwantpur-Howrah sedang melintas dengan kecepatan 126 km per jam dan berada di samping kereta Coromandel Express.

“Akibat tabrakan itu menyebabkan kedua gerbong kereta itu melompati rel dan mengakibatkan gerbong terguling,” terang anggota Dewan Kereta Api India, Jaya Varma Sinha, Senin, 5 Juni 2023.

Meski kecelakaan kedua kereta itu menewaskan ratusan penumpang tapi pengemudi kedua kereta penumpang itu cuma terluka dan dalam kondisi selamat.

Karena itu, penyelidikan saat ini difokuskan pada sistem manajemen jalur yang dikendalikan oleh komputer yang disebut “sistem interlocking”.

Akibat sistem komputer ini mengarahkan kereta ke jalur kosong di titik pertemuan dua jalur hingga menyebabkan terjadinya tabrakan dahsyat tersebut.

“Sistem komputer kereta itu diduga tidak berfungsi. Seharusnya sistem komputer kereta tidak mengizinkan kereta Coromandel Express mengambil jalur melingkar,” cetus Sinha juga.

Untuk diketahui, kereta api di India dikelola oleh negara. Karena kereta tergolong alat transportasi utama yang bisa mengangkut lebih dari 13 juta orang setiap harinya.

Pemerintah India telah lama didesak untuk meningkatkan catatan keselamatan kereta api di negeri itu. Salah satunya adalah masalah infrastruktur yang kurang terawat.

Menanggapi kecelakaan kereta itu, Perdana Menteri (PM) Narendra Modi langsung mengunjungi tempat kejadian pada Sabtu, 3 Juni 2023.

Dia berbicara dengan petugas penyelamat, memeriksa reruntuhan kereta dan menemui beberapa korban luka dalam tragedi tersebut.

“Mereka yang dinyatakan bersalah dalam kasus tabrakan kereta api yang menewaskan ratusan orang ini akan dihukum berat,” cetus Modi dihadapan para korban luka.

Evakuasi Pencarian Korban Kecelakaan Kereta Api Dihentikan

Setelah prose pencarian selama empat hari, akhirnya Pemerintah India menghentikan proses evakuasi kecelakaan kereta yang terjadi pada Jumat, 2 Mei 2023 malam tersebut.

Lebih dari 1.000 orang dan 100 ambulans terlibat dalam upaya penyelamatan evakuasi korban tabrakan kereta terparah yang pernah terjadi pada dua dekade di India tersebut.

“Kami target pada Rabu pagi seluruh pekerjaan restorasi rel selesai dan rel sudah bisa berfungsi dan dilintasi kereta lagi,” terang Menteri Perkeretaapian India Ashwini Vaishnaw, Senin, 5 Juni 2023.

Warga Mencari Keluarganya yang Jadi Korban Kecelakaan Kereta Api

Sementara itu, pusat jenazah tempat ratusan korban kecelakaan kereta api maut itu disemayamkan masih dipenuhi oleh masyarakat yang mencari keluarganya.

Banyak warga yang menangis sambil memegangi kartu identitas serta foto orang-orang terkasih yang hilang dalam kecelakaan tersebut.

Seperti yang dialami seorang wanita bernama Kanchan Choudhury, 49. Dia datang mencari suaminya yang menjadi penumpang bersama lima orang dari desanya.

“Suamiku ditemukan tewas,” katanya sambil menangis. “Beberapa orang temannya dari desa kami juga ditemukan meninggal,” terangnya juga.

Untuk meringankan beban keluarga, ada kompensasi setiap korban tewas kecelakaan kereta api maut itu akan mendapatkan 1 juta rupee (sekitar Rp180 juta).

Sedangkan yang terluka parah akan mendapatkan 200.000 rupee (sekitar Rp36 juta), dan terakhir untuk korban ringan akan mendapatkan kompensasi 50.000 rupee (sekitar Rp9 juta).