TANGSELIFE.COM – Betapa pilunya seorang ibu yang menyaksikan sang buah hati dibully oleh teman sekolahnya sendiri.
Pemilik akun TikTok bernama Erda Rahman membagikan tayangan sang anak yang sedang kesakitan saat duduk di kursi penumpang mobil.
“Ketika kasus perundungan (bully) semakin parah, inilah yang terjadi. Dia sampai dipukuli oleh dua anak laki-laki saat aku menjemputnya dari sekolah,”
Dalam keterangan yang diunggahnya diketahui kalau putra Erda dibully dengan cara dipukul oleh dua orang temannya.
Selain itu, kedua temannya juga memukul dan mencekiknya sebanyak dua kali.
Hal ini membuat hati Erda Rahman sangat terpukul melihat secara langsung buah hati yang dilahirkannya mendapat perundungan atau bullying dari teman sebayanya di sekolah.
“Ketika itu terjadi di depan mata, air mata ibu mana yang tak menetes,” ungkapnya tak tega melihat sang anak kesakitan.
Dalam tayangan video tersebut, sang anak nampak meringis karena menahan sakit dan sulit untuk bernapas normal.
Bahkan ia pun sampai membuka pakaiannya.
Tak lama dari kejadian tersebut, Erda bergegas membawanya ke rumah sakit karena putranya mengeluh sesak napas dan nyeri dada.
Namun sebelum itu ia mencari-cari keberadaan ayahnya, sehingga mereka pun pergi ke tempat kerja ayahnya terlebih dahulu sebelum ke rumah sakit.
Sesampainya di unit gawat darurat, anak laki-laki tersebut dibius untuk pemeriksaan di bagian dalam.
Beruntung, tak ada luka serius atau memar di bagian dalam.
Erda juga menjelaskan, setelah kejadian tersebut sang anak mengalami trauma dan tidak mau bersekolah.
Namun, ia tetap membujuk buah hatinya untuk tetap berangkat sekolah demi menunjukkan kepada teman-temannya kalau dirinya bukan seorang pengecut.
Sampai saat ini kasus bully di beberapa sekolah masih terus terjadi.
Korban perundungan mengalami kekerasan verbal hingga fisik, bahkan sebagian dari mereka harus mendapat penanganan medis yang cukup serius.
Kasus ini sangat ironis, mengingat lingkungan pendidikan seharusnya menjadi area yang nyaman bagi siswa untuk mengenyam pendidikan demi masa depan mereka, namun malah berubah jadi ruang yang menakutkan.
Semoga dari kasus ini para orangtua lebih berperan aktif memberikan edukasi kepada anak untuk tidak saling membully satu sama lain.